The Frog Prince
Diposting oleh
Swifty
di
22.28
Jumat, 06 Mei 2011
The Frog Prince created by Brothers Grimm and the story is very nice.
One fine evening a young princess put on her bonnet and clogs, and went out to take a walk by herself in a wood; and when she came to a cool spring of water with a rose in the middle of it, she sat herself down to rest a while. Now she had a golden ball in her hand, which was her favourite plaything; and she was always tossing it up into the air, and catching it again as it fell.
After a time she threw it up so high that she missed catching it as it fell; and the ball bounded away, and rolled along on the ground, until at last it fell down into the spring. The princess looked into the spring after her ball, but it was very deep, so deep that she could not see the bottom of it. She began to cry, and said, 'Alas! if I could only get my ball again, I would give all my fine clothes and jewels, and everything that I have in the world.'
Whilst she was speaking, a frog put its head out of the water, and said, 'Princess, why do you weep so bitterly?'
'Alas!' said she, 'what can you do for me, you nasty frog? My golden ball has fallen into the spring.'
The frog said, 'I do not want your pearls, and jewels, and fine clothes; but if you will love me, and let me live with you and eat from off your golden plate, and sleep on your bed, I will bring you your ball again.'
'What nonsense,' thought the princess, 'this silly frog is talking! He can never even get out of the spring to visit me, though he may be able to get my ball for me, and therefore I will tell him he shall have what he asks.'
So she said to the frog, 'Well, if you will bring me my ball, I will do all you ask.'
Then the frog put his head down, and dived deep under the water; and after a little while he came up again, with the ball in his mouth, and threw it on the edge of the spring.
< 2 >
As soon as the young princess saw her ball, she ran to pick it up; and she was so overjoyed to have it in her hand again, that she never thought of the frog, but ran home with it as fast as she could.
The frog called after her, 'Stay, princess, and take me with you as you said,'
But she did not stop to hear a word.
The next day, just as the princess had sat down to dinner, she heard a strange noise - tap, tap - plash, plash - as if something was coming up the marble staircase, and soon afterwards there was a gentle knock at the door, and a little voice cried out and said:
'Open the door, my princess dear,
Open the door to thy true love here!
And mind the words that thou and I said
By the fountain cool, in the greenwood shade.'
Then the princess ran to the door and opened it, and there she saw the frog, whom she had quite forgotten. At this sight she was sadly frightened, and shutting the door as fast as she could came back to her seat.
The king, her father, seeing that something had frightened her, asked her what was the matter.
'There is a nasty frog,' said she, 'at the door, that lifted my ball for me out of the spring this morning. I told him that he should live with me here, thinking that he could never get out of the spring; but there he is at the door, and he wants to come in.'
While she was speaking the frog knocked again at the door, and said:
'Open the door, my princess dear,
Open the door to thy true love here!
< 3 >
And mind the words that thou and I said
By the fountain cool, in the greenwood shade.'
Then the king said to the young princess, 'As you have given your word you must keep it; so go and let him in.'
She did so, and the frog hopped into the room, and then straight on - tap, tap - plash, plash - from the bottom of the room to the top, till he came up close to the table where the princess sat.
'Pray lift me upon chair,' said he to the princess, 'and let me sit next to you.'
As soon as she had done this, the frog said, 'Put your plate nearer to me, that I may eat out of it.'
This she did, and when he had eaten as much as he could, he said, 'Now I am tired; carry me upstairs, and put me into your bed.' And the princess, though very unwilling, took him up in her hand, and put him upon the pillow of her own bed, where he slept all night long.
As soon as it was light the frog jumped up, hopped downstairs, and went out of the house.
'Now, then,' thought the princess, 'at last he is gone, and I shall be troubled with him no more.'
But she was mistaken; for when night came again she heard the same tapping at the door; and the frog came once more, and said:
'Open the door, my princess dear,
Open the door to thy true love here!
And mind the words that thou and I said
By the fountain cool, in the greenwood shade.'
And when the princess opened the door the frog came in, and slept upon her pillow as before, till the morning broke. And the third night he did the same. But when the princess awoke on the following morning she was astonished to see, instead of the frog, a handsome prince, gazing on her with the most beautiful eyes she had ever seen and standing at the head of her bed.
< 4 >
He told her that he had been enchanted by a spiteful fairy, who had changed him into a frog; and that he had been fated so to abide till some princess should take him out of the spring, and let him eat from her plate, and sleep upon her bed for three nights.
'You,' said the prince, 'have broken his cruel charm, and now I have nothing to wish for but that you should go with me into my father's kingdom, where I will marry you, and love you as long as you live.'
The young princess, you may be sure, was not long in saying 'Yes' to all this; and as they spoke a brightly coloured coach drove up, with eight beautiful horses, decked with plumes of feathers and a golden harness; and behind the coach rode the prince's servant, faithful Heinrich, who had bewailed the misfortunes of his dear master during his enchantment so long and so bitterly, that his heart had well-nigh burst.
They then took leave of the king, and got into the coach with eight horses, and all set out, full of joy and merriment, for the prince's kingdom, which they reached safely; and there they lived happily a great many years.
that all the story about The Frog Prince
Kisah Jack dan pohon kacang
Diposting oleh
Swifty
di
22.15
Kisah Jack dan Pohon Kacang adalah sebuah cerita yang sangat menarik untuk dinikmati, karena ini merupakan sebuah cerita yang sangat bagus hingga sangat terkenal hingga ke seluruh dunia. Beginilah cerita Jack dan Pohon Kacang tersebut.
Dahulu, ada seorang ibu dan anak muda yang tinggal di sebuah desa. Anak muda tersebut bernama Jack. Kehidupan mereka tergolong miskin. Harta mereka yang ada hanya seekor sapi, yang lama kelamaan produksi susunya semakin berkurang. Menyadari hal itu, sang ibu pun berencana menjual sapi yang mereka miliki, kemudian uangnya akan dipergunakan untuk membeli gandum.
Rencananya, gandum tersebut akan ditanam di ladang dekat rumah mereka. Keesokan harinya, Jack membawa sapi miliknya ke pasar. Di tengah jalan menuju ke pasar, Jack bertemu dengan seorang kakek. Sang kakek menegurnya, "Hai Jack, maukah engkau menukar sapimu dengan kacang ajaib ini?". "Apa, menukar sebutir kacang dengan sapiku?" kata Jack terkejut. "Jangan menghina, ya! Ini adalah kacang ajaib. Jika kau menanamnya dan membiarkannya semalam, maka pagi harinya kacang ini akan tumbuh sampai ke langit, kata kakek itu menjelaskan. "Jika begitu baiklah," jawab Jack.
Sesampainya di rumah, Ibu Jack sangat terkejut dan marah. "Benar-benar bodoh kau! Bagaimana mungkin kita hidup hanya dengan sebutir biji kacang?" Saking marahnya, sang Ibu melempar biji kacang tersebut keluar jendela. Tapi apa yang terjadi keesokan harinya? Ternyata ada pohon raksasa yang tumbuh sampai mencapai langit. "Wah, ternyata benar apa yang dikatakan oleh kakek itu, gumam Jack". Lalu dengan hatihati ia langsung memanjat pohon raksasa itu. "Aduh, mengapa tidak sampai juga ke ujung pohon ya?" kata Jack dalam hati. Tidak berapa lama kemudian, Jack melihat ke bawah. Ia melihat rumah-rumah menjadi sangat kecil. Akhirnya Jack sampai ke awan. Di sana ia bisa melihat sebuah istana raksasa yang mengerikan. "Aku haus dan lapar, mungkin di istana itu aku menemukan makanan," gumam Jack.
Sesampainya di depan pintu istana, ia mengetuknya dengan keras. "Kriek..." pintu yang besar itu terbuka. Ketika ia menengadah, muncul seorang wanita yang besar. "Ada apa nak?", kata wanita itu. "Selamat pagi, saya haus dan lapar, bolehkah saya minta sedikit makanan?" Wah, kau anak yang sopan sekali. Masuklah! Makan di dalam saja, ya!" kata wanita itu ramah. Ketika sedang makan, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang keras, Duk Duk! Ternyata suami wanita itu yang datang. Ia adalah Raksasa Pemakan Manusia. Dengan cepat wanita itu berkata pada Jack. "Nak, cepatlah sembunyi! Suamiku datang." "Huaaa!. Aku pulang. Cepat siapkan makan!" teriak raksasa itu. Jack menahan nafas di dalam tungku.
Raksasa itu tiba-tiba mencium bau manusia. Lalu ia mengintip ke dalam tungku. Cepat-cepat istrinya berkata,"Itu bau manusia yang kita bakar kemarin. Sudahlah tenang saja. Ini makanannya sudah siap." Setelah makan, raksasa mengeluarkan pundi-pundi yang berisi uang emas curiannya, sambil meminum minuman keras. Lalu ia mulai menghitung Tak berapa lama ia mabuk dan akhirnya tertidur. Melihat hal itu, Jack segera keluar dari persembunyiannya. Sebelum pulang, ia mengambil uang emas hasil curian si raksasa itu sambil berjalan mengendapendap. Jack terus menuruni pohon kacang dan akhirnya sampai di rumah. "Ibu! lihatlah emas ini. Mulai sekarang kita jadi orang kaya." "Tak mungkin kau mendapat uang sebanyak ini dengan mudah. Apa yang kamu lakukan?" Lalu Jack menceritakan semua kejadian pada ibunya. "Kau terlalu berani Jack! Bagaimana jika raksasa itu datang untuk mengambilnya kembali," kata ibunya dengan kuatir. Semenjak mendapatkan uang emas, tiap harinya Jack hanya bersantai-santai saja dengan uang curiannya.
Tidak berapa lama, uang hasil curiannya pun habis. Jack kembali memanjat pohon kacang, untuk menuju ke istana. "Eh kau datang lagi. Ada apa?" kata istri raksasa itu. "Selamat siang Bu. Karena saya belum makan dari pagi, perutku jadi lapar sekali." Ibu yang baik itu diam saja, tapi ia tetap memberi Jack makan siang. Tiba-tiba. Duk Duk Duk! Terdengar suara langkah kaki raksasa. Seperti dulu, Jack kembali bersembunyi di tungku. Setelah masuk ke rumahnya, raksasa itu makan dengan lahapnya. Setelah itu ia meletakkan ayam hasil curiannya ke atas meja sambil berkata, "Ayam, keluarkan telur emasmu." Lalu ayam itu berkokok, "kukuruyuuk.," ia mengeluarkan sebutir telur emas. Raksasa merasa puas, ia minum sake sampai akhirnya tertidur. "Telur emas? Wah hebat!" pikir Jack. Diam-diam ia menangkap ayam itu dan cepat-cepat lari pulang ke rumah. Dengan ayam petelur emasnya, Jack kembali bersantai-santai saja. "Daripaada kau mencuri, lebih baik bekerja di ladang saja", kata Ibu Jack. Karena tiap hari ayam itu mengeluarkan telur lebih dari seharusnya, ayam itupun mati.
Jack kembali lagi ke istana raksasa itu. Dan lagi-lagi ia bersembunyi di tungku, ketika raksasa laki-laki pulang sambil membawa harpa. Sambil minum sake, raksasa berkata," Hai harpa, mainkan sebuah melodi yang indah." Keajaiban pun terjadi, harpa itu memainkan sendiri sebuah melodi indah. Lagu itu membuat sang raksasa tertidur. Jack mempunyai niat mencuri harpa itu. Ia pun mengulurkan tangannya, tapi "Tuan, ada pencuri!" tiba-tiba harpa itu berteriak. Raksasa itu pun terbangun. Ia segera mengejar Jack yang berlari sambil membawa harpa milik raksasa itu. Raksasa terus mengejar, menuruni pohon kacang.
Ketika hampir sampai di bawah, Jack berteriak dengan suara kera. "Ibuu!. Ambilkan kapak dari gudang! cepat! cepat! Betapa terkejutnya sang Ibu melihat sosok raksasa yang datang mengejar Jack, ia gemetar karena amat takut. Begitu turun dari pohon, Jack segera menebang pohon kacang itu dengan kapaknya. Dengan suara yang keras, pohon kacang rubuh. Raksasa itu pun jatuh ke tanah, dan mati. Ibu sangat lega melihat Jack selamat. Sambil mengangis ia berkata : "Jack, jangan lagi kau melakukan hal yang menyeramkan seperti ini. Betapapun miskinnya kita bekerjalah dengan sungguh-sungguh.
Dengan bersyukur kepada Tuhan, pasti kita berdua akan hidup dengan baik." "Maafkan saya Ibu, mulai sekarang saya akan bekerja dengan sungguhsungguh, kata Jack pada Ibunya." Sejak saat itu, Jack bekerja dengan rajin setiap harinya. Di sebelahnya, harpa memainkan melodi-melodi indah yang menambah semangat kerja Jack. Cerita tentang harpa ajaib telah menyebar ke seluruh pelosok negeri.
Pada suatu hari, seorang putri cantik datang mengunjungi Jack. Tidak seperti biasanya, harpa memainkan sebuah melodi indah yang membuat sang Putri terpeso na. Lalu harpa bernyanyi : "Kalau Putri dan Jack menikah, akan berbahagia." Mendengar lagu itu, pipi sang Putri memerah. Akhirnya Jack menikah dengan Putri yang cantik tersebut berkat bantuan harpanya. Sejak saat itu Jack menjadi seorang raja yang suka menolong orang-orang yang kesusahan.
demikianlah Kisah Jack dan Pohon Kacang, semoga bermanfaat.
The Princess and the Pea
Diposting oleh
Swifty
di
22.04
The Princess and the Pea is a very nica story, this time we are going to hear about this story, the story is like this.
Once upon a time there was a prince who wanted to marry a princess; but she would have to be a real princess. He travelled all over the world to find one, but nowhere could he get what he wanted. There were princesses enough, but it was difficult to find out whether they were real ones. There was always something about them that was not as it should be. So he came home again and was sad, for he would have liked very much to have a real princess.
One evening a terrible storm came on; there was thunder and lightning, and the rain poured down in torrents. Suddenly a knocking was heard at the city gate, and the old king went to open it.
It was a princess standing out there in front of the gate. But, good gracious! what a sight the rain and the wind had made her look. The water ran down from her hair and clothes; it ran down into the toes of her shoes and out again at the heels. And yet she said that she was a real princess.
Well, we'll soon find that out, thought the old queen. But she said nothing, went into the bed-room, took all the bedding off the bedstead, and laid a pea on the bottom; then she took twenty mattresses and laid them on the pea, and then twenty eider-down beds on top of the mattresses.
On this the princess had to lie all night. In the morning she was asked how she had slept.
"Oh, very badly!" said she. "I have scarcely closed my eyes all night. Heaven only knows what was in the bed, but I was lying on something hard, so that I am black and blue all over my body. It's horrible!"
Now they knew that she was a real princess because she had felt the pea right through the twenty mattresses and the twenty eider-down beds.
Nobody but a real princess could be as sensitive as that.
So the prince took her for his wife, for now he knew that he had a real princess; and the pea was put in the museum, where it may still be seen, if no one has stolen it.
The Peasant in Heaven
Diposting oleh
Swifty
di
21.48
The Peasant in Heaven is nica story about a peasant.
Once upon a time a poor pious peasant died, and arrived before the gate of heaven. At the same time a very rich, rich lord came there who also wanted to get into heaven.
Then saint peter came with the key, and opened the door, and let the great man in, but apparently did not see the peasant, and shut the door again.
And now the peasant outside heard how the great man was received in heaven with all kinds of rejoicing, and how they were making music, and singing within.
At length all became quiet again, and saint peter came and opened the gate of heaven, and let the peasant in.
The peasant, however, expected that they would make music and sing when he went in also, but all remained quite quiet. He was received with great affection, it is true, and the angels came to meet him, but no one sang.
Then the peasant asked saint peter how it was that they did not sing for him as they had done when the rich man went in, and said that it seemed to him that there in heaven things were done with just as much partiality as on earth.
Then said saint peter, by no means, you are just as dear to us as anyone else, and will enjoy every heavenly delight that the rich man enjoys, but poor fellows like you come to heaven every day, but a rich man like this does not come more than once in a hundred years.
that the very nice story baout the peasent in the heaven.
The Gingerbread Man
Diposting oleh
Swifty
di
21.37
The Gingerbread Man is very nice story this is the story.
Once upon a time, an old woman and her husband lived alone in a little old house. The couple had no children, and being lonely, the woman decided to make a boy of gingerbread. She carefully mixed the batter, rolled out the dough, and cut out out a very nice gingerbread man. She added sugar icing for his hair, mouth, and clothes, and she used candy chips for buttons and eyes. What a fine looking gingerbread man he was! The old woman put him in the oven to bake. After he was fully done, she slowly opened the oven door. Up jumped the gingerbread man, and he ran out the door saying,
"Run, run, as fast as you can!
You can't catch me!
I'm the Gingerbread Man!"
The old woman and the old man ran after him, but they could not catch him.
And so the Gingerbread Man ran and ran. While he running, he met a cow.
"Moo," said the cow. "You look very fine! Fine enough to eat!" And the cow started to chase to little man.
But the Gingerbread Man ran faster, saying,
"I ran away from an old woman,
I ran away from an old man,
And I can run away from you!
I can!"
And he laughed,
"Run, run, as fast as you can!
You can't catch me!
I'm the Gingerbread Man!"
The cow ran after the Gingerbread Man, but she could not catch him.
The Gingerbread Man kept running, and soon he met a horse.
"Neigh," said the horse, "You look mighty tasty. I think that I would like to eat you."
"But you can't!" said the Gingerbread Man.
"I ran away from an old woman,
I ran away from an old man,
I ran away from a cow,
And I can run away from you!
I can!"
And so he ran singing,
"Run, run, as fast as you can!
You can't catch me!
I'm the Gingerbread Man!"
The horse ran after the Gingerbread Man, but he could not catch him.
The Gingerbread Man ran and ran, laughing and singing. While he ran, he met a chicken.
"Cackle, cackle," said the chicken, "You look fine enough to peck for dinner. I'm going to eat you, Mr. Gingerbread Man."
But the Gingerbread Man just laughed.
"I ran away from an old woman,
I ran away from an old man,
I ran away from a cow,
I ran away from a horse,
And I can run away from you!
I can!"
And so he ran singing,
"Run, run, as fast as you can!
You can't catch me!
I'm the Gingerbread Man!"
The chicken ran after the Gingerbread Man, but she could not catch him.
The Gingerbread Man was proud that he could run so fast.
"Nobody can catch me," he thought. So he kept on running until he met a fox.
He just had to tell the fox how he ran faster than all the others.
"Mr. Fox," he said,
"As tasty as I appear to be,
I cannot let you catch and eat me.
I ran away from an old woman,
I ran away from an old man,
I ran away from a cow,
I ran away from a horse,
I ran away from a chicken,
And I can run away from you!
I can!"
But Mr. Fox did not seem to care.
"Why would I want to bother you?" asked Mr. Fox. "You don't even look that tasty. No, young man, I don't want to eat you at all."
The Gingerbread Man was so relieved.
"Well, indeed, Mr. Fox," said the Gingerbread Man. "If you don't mind, I think I'll take a little rest here." And the Gingerbread Man stopped running and stood still.
And right when he stood still. Snap! went Mr. Fox's jaws right into the Gingerbread Man until he was gone.
"He was very tasty after all," thought the fox.
Once upon a time, an old woman and her husband lived alone in a little old house. The couple had no children, and being lonely, the woman decided to make a boy of gingerbread. She carefully mixed the batter, rolled out the dough, and cut out out a very nice gingerbread man. She added sugar icing for his hair, mouth, and clothes, and she used candy chips for buttons and eyes. What a fine looking gingerbread man he was! The old woman put him in the oven to bake. After he was fully done, she slowly opened the oven door. Up jumped the gingerbread man, and he ran out the door saying,
"Run, run, as fast as you can!
You can't catch me!
I'm the Gingerbread Man!"
The old woman and the old man ran after him, but they could not catch him.
And so the Gingerbread Man ran and ran. While he running, he met a cow.
"Moo," said the cow. "You look very fine! Fine enough to eat!" And the cow started to chase to little man.
But the Gingerbread Man ran faster, saying,
"I ran away from an old woman,
I ran away from an old man,
And I can run away from you!
I can!"
And he laughed,
"Run, run, as fast as you can!
You can't catch me!
I'm the Gingerbread Man!"
The cow ran after the Gingerbread Man, but she could not catch him.
The Gingerbread Man kept running, and soon he met a horse.
"Neigh," said the horse, "You look mighty tasty. I think that I would like to eat you."
"But you can't!" said the Gingerbread Man.
"I ran away from an old woman,
I ran away from an old man,
I ran away from a cow,
And I can run away from you!
I can!"
And so he ran singing,
"Run, run, as fast as you can!
You can't catch me!
I'm the Gingerbread Man!"
The horse ran after the Gingerbread Man, but he could not catch him.
The Gingerbread Man ran and ran, laughing and singing. While he ran, he met a chicken.
"Cackle, cackle," said the chicken, "You look fine enough to peck for dinner. I'm going to eat you, Mr. Gingerbread Man."
But the Gingerbread Man just laughed.
"I ran away from an old woman,
I ran away from an old man,
I ran away from a cow,
I ran away from a horse,
And I can run away from you!
I can!"
And so he ran singing,
"Run, run, as fast as you can!
You can't catch me!
I'm the Gingerbread Man!"
The chicken ran after the Gingerbread Man, but she could not catch him.
The Gingerbread Man was proud that he could run so fast.
"Nobody can catch me," he thought. So he kept on running until he met a fox.
He just had to tell the fox how he ran faster than all the others.
"Mr. Fox," he said,
"As tasty as I appear to be,
I cannot let you catch and eat me.
I ran away from an old woman,
I ran away from an old man,
I ran away from a cow,
I ran away from a horse,
I ran away from a chicken,
And I can run away from you!
I can!"
But Mr. Fox did not seem to care.
"Why would I want to bother you?" asked Mr. Fox. "You don't even look that tasty. No, young man, I don't want to eat you at all."
The Gingerbread Man was so relieved.
"Well, indeed, Mr. Fox," said the Gingerbread Man. "If you don't mind, I think I'll take a little rest here." And the Gingerbread Man stopped running and stood still.
And right when he stood still. Snap! went Mr. Fox's jaws right into the Gingerbread Man until he was gone.
"He was very tasty after all," thought the fox.
The Grasshopper and the Ants
Diposting oleh
Swifty
di
21.28
The Grasshopper and the Ants is a very interesting story that tells about the laziness so that,, you don't ever to be lazy in doing anything. the stoty is like this.
In a field one summer's day a grasshopper was hopping about, chirping and singing to its heart's content. A group of ants walked by, grunting as they struggled to carry plump kernels of corn.
"Where are you going with those heavy things?" asked the grasshopper.
Without stopping, the first ant replied, "To our ant hill. This is the third kernel I've delivered today."
"Why not come and sing with me," teased the grasshopper, "instead of working so hard?"
"We are helping to store food for the winter," said the ant, "and think you should do the same."
"Winter is far away and it is a glorious day to play," sang the grasshopper.
But the ants went on their way and continued their hard work.
The weather soon turned cold. All the food lying in the field was covered with a thick white blanket of snow that even the grasshopper could not dig through. Soon the grasshopper found itself dying of hunger.
He staggered to the ants' hill and saw them handing out corn from the stores they had collected in the summer. He begged them for something to eat.
"What!" cried the ants in surprise, "haven't you stored anything away for the winter? What in the world were you doing all last summer?"
"I didn't have time to store any food," complained the grasshopper; "I was so busy playing music that before I knew it the summer was gone."
The ants shook their heads in disgust, turned their backs on the grasshopper and went on with their work.
HIstory Of Snow White
Diposting oleh
Swifty
di
21.15
HIstory Of Snow White is one of most popular story in the world. This is the atory.
Once upon a time, long, long ago a king and queen ruled over a distant land. The queen was kind and lovely and all the people of the realm adored her. The only sadness in the queen's life was that she wished for a child but did not have one.
One winter day, the queen was doing needle work while gazing out her ebony window at the new fallen snow. A bird flew by the window startling the queen and she pricked her finger. A single drop of blood fell on the snow outside her window. As she looked at the blood on the snow she said to herself, "Oh, how I wish that I had a daughter that had skin as white as snow, lips as red as blood, and hair as black as ebony."
Soon after that, the kind queen got her wish when she gave birth to a baby girl who had skin white as snow, lips red as blood, and hair black as ebony. They named the baby princess Snow White, but sadly, the queen died after giving birth to Snow White.
Soon after, the king married a new woman who was beautiful, but as well proud and cruel. She had studied dark magic and owned a magic mirror, of which she would daily ask,
Mirror, mirror on the wall, who's the fairest of them all?.
Each time this question was asked, the mirror would give the same answer, "Thou, O Queen, art the fairest of all." This pleased the queen greatly as she knew that her magical mirror could speak nothing but the truth.
One morning when the queen asked, "Mirror, mirror on the wall, who's the fairest of them all?" she was shocked when it answered:
You, my queen, are fair; it is true.
But Snow White is even fairer than you.
The Queen flew into a jealous rage and ordered her huntsman to take Snow White into the woods to be killed. She demanded that the huntsman return with Snow White's heart as proof.
The poor huntsman took Snow White into the forest, but found himself unable to kill the girl. Instead, he let her go, and brought the queen the heart of a wild boar.
Snow White was now all alone in the great forest, and she did not know what to do. The trees seemed to whisper to each other, scaring Snow White who began to run. She ran over sharp stones and through thorns. She ran as far as her feet could carry her, and just as evening was about to fall she saw a little house and went inside in order to rest.
Inside the house everything was small but tidy. There was a little table with a tidy, white tablecloth and seven little plates. Against the wall there were seven little beds, all in a row and covered with quilts.
Because she was so hungry Snow White ate a few vegetables and a little bread from each little plate and from each cup she drank a bit of milk. Afterward, because she was so tired, she lay down on one of the little beds and fell fast asleep.
After dark, the owners of the house returned home. They were the seven dwarves who mined for gold in the mountains. As soon as they arrived home, they saw that someone had been there -- for not everything was in the same order as they had left it.
The first one said, "Who has been sitting in my chair?"
The second one, "Who has been eating from my plate?"
The third one, "Who has been eating my bread?"
The fourth one, "Who has been eating my vegetables?"
The fifth one, "Who has been eating with my fork?"
The sixth one, "Who has been drinking from my cup?"
But the seventh one, looking at his bed, found Snow White lying there asleep. The seven dwarves all came running up, and they cried out with amazement. They fetched their seven candles and shone the light on Snow White.
"Oh good heaven! " they cried. "This child is beautiful!"
They were so happy that they did not wake her up, but let her continue to sleep in the bed. The next morning Snow White woke up, and when she saw the seven dwarves she was frightened. But they were friendly and asked, "What is your name?"
"My name is Snow White," she answered.
"How did you find your way to our house?" the dwarves asked further.
Then she told them that her stepmother had tried to kill her, that the huntsman had spared her life, and that she had run the entire day through the forest, finally stumbling upon their house.
The dwarves spoke with each other for awhile and then said, "If you will keep house for us, and cook, make beds, wash, sew, and knit, and keep everything clean and orderly, then you can stay with us, and you shall have everything that you want."
"Yes," said Snow White, "with all my heart." For Snow White greatly enjoyed keeping a tidy home.
So Snow White lived happily with the dwarves. Every morning they went into the mountains looking for gold, and in the evening when they came back home Snow White had their meal ready and their house tidy. During the day the girl was alone, except for the small animals of the forest that she often played with.
Now the queen, believing that she had eaten Snow White's heart, could only think that she was again the first and the most beautiful woman of all. She stepped before her mirror and said:
Mirror, mirror, on the wall,
Who in this land is fairest of all?
It answered:
You, my queen, are fair; it is true.
But Snow White, beyond the mountains
With the seven dwarves,
Is still a thousand times fairer than you.
This startled the queen, for she knew that the mirror did not lie, and she realized that the huntsman had deceived her and that Snow White was still alive. Then she thought, and thought again, how she could rid herself of Snow White -- for as long as long as she was not the most beautiful woman in the entire land her jealousy would give her no rest.
At last she thought of something. She went into her most secret room -- no one else was allowed inside -- and she made a poisoned apple. From the outside it was beautiful, and anyone who saw it would want it. But anyone who might eat a little piece of it would died. Coloring her face, she disguised herself as an old peddler woman, so that no one would recognize her, traveled to the dwarves house and knocked on the door.
Snow White put her head out of the window, and said, "I must not let anyone in; the seven dwarves have forbidden me to do so."
"That is all right with me," answered the peddler woman. "I'll easily get rid of my apples. Here, I'll give you one of them."
"No," said Snow White, "I cannot accept anything from strangers."
"Are you afraid of poison?" asked the old woman. "Look, I'll cut the apple in two. You eat half and I shall eat half."
Now the apple had been so artfully made that only the one half was poisoned. Snow White longed for the beautiful apple, and when she saw that the peddler woman was eating part of it she could no longer resist, and she stuck her hand out and took the poisoned half. She barely had a bite in her mouth when she fell to the ground dead.
The queen looked at her with an evil stare, laughed loudly, and said, "White as snow, red as blood, black as ebony wood! The dwarves shall never awaken you."
Back at home she asked her mirror:
Mirror, mirror, on the wall,
Who in this land is fairest of all?
It finally answered:
You, my queen, are fairest of all.
Then her cruel and jealous heart was at rest, as well as a cruel and jealous heart can be at rest.
When the dwarves came home that evening they found Snow White lying on the ground. She was not breathing at all. She was dead. They lifted her up and looked at her longingly. They talked to her, shook her and wept over her. But nothing helped. The dear child was dead, and she remained dead. They laid her on a bed of straw, and all seven sat next to her and mourned for her and cried for three days. They were going to bury her, but she still looked as fresh as a living person, and still had her beautiful red cheeks.
They said, "We cannot bury her in the black earth," and they had a transparent glass coffin made, so she could be seen from all sides. They laid her inside, and with golden letters wrote on it her name, and that she was a princess. Then they put the coffin outside on a mountain, and one of them always stayed with it and watched over her. The animals too came and mourned for Snow White, first an owl, then a raven, and finally a dove.
Now it came to pass that a prince entered these woods and happened onto the dwarves' house, where he sought shelter for the night . He saw the coffin on the mountain with beautiful Snow White in it, and he read what was written on it with golden letters.
Then he said to the dwarves, "Let me have the coffin. I will give you anything you want for it."
But the dwarves answered, "We will not sell it for all the gold in the world."
Then he said, "Then give it to me, for I cannot live without being able to see Snow White. I will honor her and respect her as my most cherished one."
As he thus spoke, the good dwarves felt pity for him and gave him the coffin. The prince had his servants carry it away on their shoulders. But then it happened that one of them stumbled on some brush, and this dislodged from Snow White's throat the piece of poisoned apple that she had bitten off. Not long afterward she opened her eyes, lifted the lid from her coffin, sat up, and was alive again.
"Good heavens, where am I?" she cried out.
The prince said joyfully, "You are with me." He told her what had happened, and then said, "I love you more than anything else in the world. Come with me to my father's castle. You shall become my wife." Snow White loved him, and she went with him. Their wedding was planned with great splendor and majesty.
Snow White's wicked step-mother was invited to the feast, and when she had arrayed herself in her most beautiful garments, she stood before her mirror, and said:
Mirror, mirror, on the wall,
Who in this land is fairest of all?
The mirror answered:
You, my queen, are fair; it is true.
But the young queen is a thousand times fairer than you.
Not knowing that this new queen was indeed her stepdaughter, she arrived at the wedding, and her heart filled with the deepest of dread when she realized the truth - the evil queen was banished from the land forever and the prince and Snow White lived happily ever after.
The Story of Goldilocks and the Three Bears
Diposting oleh
Swifty
di
20.58
The Story of Goldilocks and the Three Bears is very interesting. This is the complate story of it.
Once upon a time, there was a little girl named Goldilocks. She went for a walk in the forest. Pretty soon, she came upon a house. She knocked and, when no one answered, she walked right in.
At the table in the kitchen, there were three bowls of porridge. Goldilocks was hungry. She tasted the porridge from the first bowl.
"This porridge is too hot!" she exclaimed.
So, she tasted the porridge from the second bowl.
"This porridge is too cold," she said
So, she tasted the last bowl of porridge.
"Ahhh, this porridge is just right," she said happily and she ate it all up.
After she'd eaten the three bears' breakfasts she decided she was feeling a little tired. So, she walked into the living room where she saw three chairs. Goldilocks sat in the first chair to rest her feet.
"This chair is too big!" she exclaimed.
So she sat in the second chair.
"This chair is too big, too!" she whined.
So she tried the last and smallest chair.
"Ahhh, this chair is just right," she sighed. But just as she settled down into the chair to rest, it broke into pieces!
Goldilocks was very tired by this time, so she went upstairs to the bedroom. She lay down in the first bed, but it was too hard. Then she lay in the second bed, but it was too soft. Then she lay down in the third bed and it was just right. Goldilocks fell asleep.
As she was sleeping, the three bears came home.
"Someone's been eating my porridge," growled the Papa bear.
"Someone's been eating my porridge," said the Mama bear.
"Someone's been eating my porridge and they ate it all up!" cried the Baby bear.
"Someone's been sitting in my chair," growled the Papa bear.
"Someone's been sitting in my chair," said the Mama bear.
"Someone's been sitting in my chair and they've broken it all to pieces," cried the Baby bear.
They decided to look around some more and when they got upstairs to the bedroom, Papa bear growled, "Someone's been sleeping in my bed,"
"Someone's been sleeping in my bed, too" said the Mama bear
"Someone's been sleeping in my bed and she's still there!" exclaimed Baby bear.
Just then, Goldilocks woke up and saw the three bears. She screamed, "Help!" And she jumped up and ran out of the room. Goldilocks ran down the stairs, opened the door, and ran away into the forest. And she never returned to the home of the three bears.
Sleeping Beauty
Diposting oleh
Swifty
di
20.46
Sleeping Beauty
Grimm's Fairy Tale version - translated by Margaret Hunt - language modernized a bit by Leanne Guenther
Long ago there lived a King and Queen who said every day, "If only we had a child!" But for a long time they had none.
One day, as the Queen was bathing in a spring and dreaming of a child, a frog crept out of the water and said to her, "Your wish shall be fulfilled. Before a year has passed you shall bring a daughter into the world."
And since frogs are such magical creatures, it was no surprise that before a year had passed the Queen had a baby girl. The child was so beautiful and sweet that the King could not contain himself for joy. He prepared a great feast and invited all his friends, family and neighbours. He invited the fairies, too, in order that they might be kind and good to the child. There were thirteen of them in his kingdom, but as the King only had twelve golden plates for them to eat from, one of the fairies had to be left out. None of the guests was saddened by this as the thirteenth fairy was known to be cruel and spiteful.
An amazing feast was held and when it came to an end, each of the fairies presented the child with a magic gift. One fairy gave her virtue, another beauty, a third riches and so on -- with everything in the world that anyone could wish for.
After eleven of the fairies had presented their gifts, the thirteenth suddenly appeared. She was angry and wanted to show her spite for not having been invited to the feast. Without hesitation she called out in a loud voice,
"When she is fifteen years old, the Princess shall prick herself with a spindle and shall fall down dead!"
Then without another word, she turned and left the hall.
The guests were horrified and the Queen fell to the floor sobbing, but the twelfth fairy, whose wish was still not spoken, quietly stepped forward. Her magic could not remove the curse, but she could soften it so she said,
"Nay, your daughter shall not die, but instead shall fall into a deep sleep that will last one hundred years."
Over the years, the promises of the fairies came true -- one by one. The Princess grew to be beautiful, modest, kind and clever. Everyone who saw her could not help but love her.
The King and Queen were determined to prevent the curse placed on the Princess by the spiteful fairy and sent out a command that all the spindles in the whole kingdom should be destroyed. No one in the kingdom was allowed to tell the Princess of the curse that had been placed upon her for they did not want her to worry or be sad.
On the morning of her fifteenth birthday, the Princess awoke early -- excited to be another year older. She was up so early in the morning, that she realized everyone else still slept. The Princess roamed through the halls trying to keep herself occupied until the rest of the castle awoke. She wandered about the whole place, looking at rooms and halls as she pleased and at last she came to an old tower. She climbed the narrow, winding staircase and reached a little door. A rusty key was sticking in the lock and when she turned it, the door flew open.
In a little room sat an old woman with a spindle, busily spinning her flax. The old woman was so deaf that she had never heard the King's command that all spindles should be destroyed.
"Good morning, Granny," said the Princess, "what are you doing?"
"I am spinning," said the old woman.
"What is the thing that whirls round so merrily?" asked the Princess and she took the spindle and tried to spin too.
But she had scarcely touched the spindle when it pricked her finger. At that moment she fell upon the bed which was standing near and lay still in a deep sleep.
The King, Queen and servants had all started their morning routines and right in the midst of them fell asleep too. The horses fell asleep in the stable, the dogs in the yard, the doves on the roof and the flies on the wall. Even the fire in the hearth grew still and went to sleep. The kitchen maid, who sat with a chicken before her, ready to pluck its feathers, fell asleep. The cook was in the midst of scolding the kitchen boy for a mess he'd made but they both fell fast asleep. The wind died down and on the trees in front of the castle not a leaf stirred.
Round the castle a hedge of brier roses began to grow up. Every year it grew higher until at last nothing could be seen of the sleeping castle.
There was a legend in the land about the lovely Sleeping Beauty, as the King's daughter was called, and from time to time Princes came and tried to force their way through the hedge and into the castle. But they found it impossible for the thorns, as though they were alive, grabbed at them and would not let them through.
After many years a Prince came again to the country and heard an old man tell the tale of the castle which stood behind the brier hedge and the beautiful Princess who had slept within for a hundred years. He heard also that many Princes had tried to make it through the brier hedge but none had succeeded and many had been caught in it and died.
The the young Prince said, "I am not afraid. I must go and see this Sleeping Beauty."
The good old man did all in his power to persuade him not to go, but the Prince would not listen.
Now the hundred years were just ended. When the Prince approached the brier hedge it was covered with beautiful large roses. The shrubs made way for him of their own accord and let him pass unharmed.
In the courtyard, the Prince saw the horses and dogs lying asleep. On the roof sat the sleeping doves with their heads tucked under their wings. When he went into the house, the flies were asleep on the walls and the servants asleep in the halls. Near the throne lay the King and Queen, sleeping peacefully beside each other. In the kitchen the cook, the kitchen boy and the kitchen maid all slept with their heads resting on the table.
The Prince went on farther. All was so still that he could hear his own breathing. At last he reached the tower and opened the door into the little room where the Princess was asleep. There she lay, looking so beautiful that he could not take his eyes off her. He bent down and gave her a kiss. As he touched her, Sleeping Beauty opened her eyes and smiled up at him.
Throughout the castle, everyone and everything woke up and looked at each other with astonished eyes. Within the month, the Prince and Sleeping Beauty were married and lived happily all their lives.
Aladin & the Magic Lamp
Diposting oleh
Swifty
di
00.11
Aladin & the Magic Lamp is a very interesting story, tells the story of a good heart. Here's the story of Aladdin's Magic lamp. A long time ago, in the town of Persia, a mother living with her son called Aladdin. One day there came a man approaching who is playing Aladdin. Then the man recognizes Aladdin as his nephew. The man took Aladdin went out of town with the permission of Aladdin's mother to help him. The road is very far. Aladin complained to his uncle's overwrought but instead he was shouted at and told to look for firewood, if you do not want to kill Aladdin. Aladin ultimately realized that the man was not her uncle but a witch. The man then lit a fire wizard with firewood and began to utter incantations. "Kraak ..." the ground suddenly become hollow like a cave.
In the pit of the cave there are stairs down to the bottom. "Come on down! Get me an antique lamp in the bottom of the cave," cried the Witch. "No, I'm afraid to get down to it," replied Aladdin. Witch was then pulled out a ring and gave it to Aladdin. "This is a magic ring, this ring will protect you", said the Witch. Aladin ultimately down the stairs with a feeling of fear. Having reached the bottom he found the trees bear fruit gems. After the fruit gems and lighting brought there, he quickly climbed the ladder again. However, the door was closed some holes. "Quick give the lights!", Cried witch. "No, this lamp will give you after I get out," replied Aladdin. After debate, the Witch became impatient and finally "Brak!" pit door closed by the magician and then left the Aladdin trapped in an underground hole. Aladdin became sad, and sat. "I'm hungry, I want to see mother, God, help me!" Says Aladin.
Aladin pressed her hands and rubbed his fingers. Suddenly, around a red and billowing smoke. Along with that came a giant. Aladdin was so scared. "Forgive me, because it has been surprising sir", I was a fairy ring giant said it. "Oh, then take me to come home." "Good lord, take it to my back, we will soon go from here", said the fairy ring. In a short time, Aladdin had reached the front of his house. "If the host needs to rub the ring I call to you."
Aladdin told him all things in nature to his mother. "Why did the witch want this dirty lamp huh?", Said Mother, rubbing it clean light. "Syut!" Suddenly, smoke came billowing and a giant fairy lights. "Name it command Mistress", said the fairy lights. Aladin who have never experienced anything like this to give orders, "we're hungry, help prepare food for us." In a short time fairy lights bring delicious food, tasty and serve. "If anyone wants more, just call me by rubbing the lamp," says the fairy lights.
Similarly, days, months, time is change, Aladdin lived happily with his mother. Aladin has now become a young man. One day, through a daughter of King in front of his house. He was fascinated and felt in love with Princess Belle's. Aladdin and his desire to tell his mother to marry a princess. "Calm Aladdin, Mother would commercialize them." Mother went to the palace of the king by bringing the jewels belonged to Aladdin. "Your Majesty, this is a gift to the king of my son." King very happy. "Well ..., your son is definitely a handsome prince, tomorrow I will come to your palace with her daughter."
After arriving at home Mom immediately rubbed the lamp and asked the fairy lights to bring a castle. Aladdin and his mother waited on the hill. Soon the fairy lights come with a magnificent palace on his back. "Sir, this palace." The next day the King and his daughter came to visit the Palace of Aladdin's very majestic. "Will you make my son as a wife?", Asked the King. Aladdin is very pleased to hear that. Then they both perform the wedding.
Far away, the witch turned out to see it all through a crystal ball. He then went to the Aladdin and pretended to be a seller in front of the Palace of Aladdin's lamp. He shouted, "given in exchange for your old lights with new lights!". The empress who saw the old Aladdin's magic lamp to get out and exchange it with a new lamp. Immediately the witch rubbed the lamp and ordered the fairy lights bringing the palace and its contents and Aladdin's wife into his home.
When Aladdin came home from tour, he was astounded. Then call the fairy ring and asked him what had happened. "Then please return again everything to me", exclaimed Aladdin. "Sorry sir, my strength is not of fairy lights," said the fairy ring. "Well if so I'll take it. Please Take you there", exclaimed Aladdin. Arriving at the Palace, Aladdin slipped inside to find the room where the Princess locked up. "Witch was sleeping due to drinking beer," said the Princess. "Well, do not worry I will take back the magic lamp, we will be victorious", said Aladdin.
Aladin settle close to the sleeping witch. It turned out that a magic lamp protruding from the pocket. Aladdin then took it and immediately rub it. "Get rid of these criminals," said Aladdin to the fairy lights. Wizards woke up, then attack the Aladdin. But the fairy lights were immediately slammed the witch to death. "Thank you fairy lights, take us and the Palace was returned to Persia". Arriving in the Persian Aladdin live happily. He uses the magic of fairy lights to help the poor and distress.
Aladin & Lampu Ajaib
Diposting oleh
Swifty
di
23.46
Kamis, 05 Mei 2011
Aladin & Lampu Ajaib adalah sebuah kisah yang sangat menarik, menceritakan tentang kisah seorang yang baik hati. Beginilah kisah dari Aladin bersama lampu Ajaibnya.Dahulu kala, di kota Persia, seorang Ibu tinggal dengan anak laki-lakinya yang bernama Aladin. Suatu hari datanglah seorang laki-laki mendekati Aladin yang sedang bermain. Kemudian laki-laki itu mengakui Aladin sebagai keponakannya. Laki-laki itu mengajak Aladin pergi ke luar kota dengan seizin ibu Aladin untuk membantunya. Jalan yang ditempuh sangat jauh. Aladin mengeluh kecapaian kepada pamannya tetapi ia malah dibentak dan disuruh untuk mencari kayu bakar, kalau tidak mau Aladin akan dibunuhnya. Aladin akhirnya sadar bahwa laki-laki itu bukan pamannya melainkan seorang penyihir. Laki-laki penyihir itu kemudian menyalakan api dengan kayu bakar dan mulai mengucapkan mantera. "Kraak…" tiba-tiba tanah menjadi berlubang seperti gua.
Dalam lubang gua itu terdapat tangga sampai ke dasarnya. "Ayo turun! Ambilkan aku lampu antik di dasar gua itu", seru si penyihir. "Tidak, aku takut turun ke sana", jawab Aladin. Penyihir itu kemudian mengeluarkan sebuah cincin dan memberikannya kepada Aladin. "Ini adalah cincin ajaib, cincin ini akan melindungimu", kata si penyihir. Akhirnya Aladin menuruni tangga itu dengan perasaan takut. Setelah sampai di dasar ia menemukan pohon-pohon berbuah permata. Setelah buah permata dan lampu yang ada di situ dibawanya, ia segera menaiki tangga kembali. Tetapi, pintu lubang sudah tertutup sebagian. "Cepat berikan lampunya !", seru penyihir. "Tidak ! Lampu ini akan kuberikan setelah aku keluar", jawab Aladin. Setelah berdebat, si penyihir menjadi tidak sabar dan akhirnya "Brak!" pintu lubang ditutup oleh si penyihir lalu meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang bawah tanah. Aladin menjadi sedih, dan duduk termenung. "Aku lapar, Aku ingin bertemu ibu, Tuhan, tolonglah aku !", ucap Aladin.
Aladin merapatkan kedua tangannya dan mengusap jari-jarinya. Tiba-tiba, sekelilingnya menjadi merah dan asap membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat ketakutan. "Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan", saya adalah peri cincin kata raksasa itu. "Oh, kalau begitu bawalah aku pulang kerumah." "Baik Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan segera pergi dari sini", ujar peri cincin. Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan rumahnya. "Kalau tuan memerlukan saya panggillah dengan menggosok cincin Tuan."
Aladin menceritakan semua hal yang di alaminya kepada ibunya. "Mengapa penyihir itu menginginkan lampu kotor ini ya ?", kata Ibu sambil menggosok membersihkan lampu itu. "Syut !" Tiba-tiba asap membumbung dan muncul seorang raksasa peri lampu. "Sebutkanlah perintah Nyonya", kata si peri lampu. Aladin yang sudah pernah mengalami hal seperti ini memberi perintah,"kami lapar, tolong siapkan makanan untuk kami". Dalam waktu singkat peri Lampu membawa makanan yang lezat-lezat kemudian menyuguhkannya. "Jika ada yang diinginkan lagi, panggil saja saya dengan menggosok lampu itu", kata si peri lampu.
Demikian hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin sekarang sudah menjadi seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang Putri Raja di depan rumahnya. Ia sangat terpesona dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri putri raja. "Tenang Aladin, Ibu akan mengusahakannya". Ibu pergi ke istana raja dengan membawa permata-permata kepunyaan Aladin. "Baginda, ini adalah hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku." Raja amat senang. "Wah..., anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang ke Istana kalian dengan membawa serta putriku".
Setelah tiba di rumah Ibu segera menggosok lampu dan meminta peri lampu untuk membawakan sebuah istana. Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian peri lampu datang dengan Istana megah di punggungnya. "Tuan, ini Istananya". Esok hari sang Raja dan putrinya datang berkunjung ke Istana Aladin yang sangat megah. "Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu ?", Tanya sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua melaksanakan pesta pernikahan.
Nun jauh disana, si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu di depan Istana Aladin. Ia berteriak-teriak, "tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru !". Sang permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir menggosok lampu itu dan memerintahkan peri lampu memboyong istana beserta isinya dan istri Aladin ke rumahnya.
Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut. Lalu memanggil peri cincin dan bertanya kepadanya apa yang telah terjadi. "Kalau begitu tolong kembalikan lagi semuanya kepadaku", seru Aladin. "Maaf Tuan, tenaga saya tidaklah sebesar peri lampu," ujar peri cincin. "Baik kalau begitu aku yang akan mengambilnya. Tolong Antarkan kau kesana", seru Aladin. Sesampainya di Istana, Aladin menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. "Penyihir itu sedang tidur karena kebanyakan minum bir", ujar sang Putri. "Baik, jangan kuatir aku akan mengambil kembali lampu ajaib itu, kita nanti akan menang", jawab Aladin.
Aladin mengendap mendekati penyihir yang sedang tidur. Ternyata lampu ajaib menyembul dari kantungnya. Aladin kemudian mengambilnya dan segera menggosoknya. "Singkirkan penjahat ini", seru Aladin kepada peri lampu. Penyihir terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi peri lampu langsung membanting penyihir itu hingga tewas. "Terima kasih peri lampu, bawalah kami dan Istana ini kembali ke Persia". Sesampainya di Persia Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir dari peri lampu untuk membantu orang-orang miskin dan kesusahan.
Princes Cinderella
Diposting oleh
Swifty
di
23.36
Princes Cinderella was a beautiful girlwhoactually very beatiful but she has bad destiny. This is the full history of Cinderella.
In a kingdom, there is a beautiful girl and a good heart. He lives with his mother and both his half-brother, because his parents had died. In the house he was always told to do all homework. He always shouted at and only fed once a day by her stepmother. Her brothers called her evil "Cinderela". Cinderela mean girls, dirty and full of dust. "The name that suits you!" they said.
After a while, one day came the royal guards who spread the party invitation letter from the Palace. "This is fun ... we'll go and dress up as pretty-pretty. If I were a princess, the mother would be happy", they said. The awaited day arrived, the second half sister Cinderela started dressing up with joy. Cinderela very sad because he was not allowed to participate by her siblings to a party at the Palace. "Clothes you do not have anything, what would go to a party with sepert clothes that?", Said sister Cinderela.
After all go to parties, Cinderela back to his room. He is crying bloody murder because his heart was very upset. "I can not go to court with dirty clothes like this, but I want to go .." Not long after came a voice. "Cinderela, stop crying." When Cinderela turned, he saw a fairy. Peri smiled kindly. "Cinderela take four rats and two male lizards." After everything is collected Cinderela, fairies bring rodents and lizards to the garden pumpkins in the backyard. "Voila!" as he spread his magic, there was a miracle. The mice turned into four horses, and lizards turn into two sais. The latter, Cinderela turned into a beautiful princess, with a very beautiful dress.
Because happy, Cinderela start dancing in circles with glass shoes like a butterfly. Peri said, "Cinderela, the influence of this magic will disappear after the bell at twelve the night stop. Because of that, go home before midnight." Yes, Grandma. Thank you, "replied Cinderela. Train gold horse Cinderela leave immediately brought to the palace. After arriving at the palace, he immediately went into the palace hall. Once inside, the views of all those present were on Cinderela. They were very impressed with the beauty Cinderela." Cantiknya putrid it ! Daughter of the state where ya? "Ask them. At last the prince came over Cinderela." Beautiful princess, will you dance with me? "He said." Yes ..., "said Cinderela holding out his hand, smiling. They danced together in rhythm slowly. Cinderela mother and two sisters who were there did not think it was a beautiful princess Cinderela.
Prince continues to dance with Cinderela. "People like me you are the desire for this," said the Prince. Because happy, Cinderela forget the time. Hours start struck 12 times. "Sorry I had to get home Prince ..,". Cinderela interesting hand from the prince, and soon ran out of the Palace. In the middle of the road, next to his shoes off, but not Cinderela memperdulikannya, he kept running. Prince Cinderela chase, but he lost track Cinderela. In the middle of the stairs, there is a glass slipper belongs Cinderela. Prince took the shoes. "I'll find you," he said, was determined in the liver. Although Cinderela back into a girl full of dust, he was very happy because it could leave the party.
The next day, the guards who sent the Prince came to the houses that have their daughters across the country to match the glass slipper with their feet, but no matches. Until finally the guards arrived at the house Cinderela. "We are looking for the girl whose feet fit the glass slipper," said the guard. Both brothers Cinderela try these shoes, but their feet are too big. They're forcing her legs inserted into the glass shoes until blisters. At that time, guards saw Cinderela. "Hey you, try these shoes," he said. Cinderela stepmother was angry, "will not fit with this child!". Then Cinderela stretched his legs. Apparently these shoes is perfect. "Ah! You're the princess," cried the guards happy. "Cinderela, congratulations ..," Cinderela looking back, the fairy was standing behind him. "From now live happy with the Prince. Voila!.," He said.
Once the reading fairy spell, Cinderela turn into a princess who wore a wedding dress. "The effect of this magic will not disappear even if the clock struck twelve times", said the fairy. Cinderela escorted by the mice and birds that become his friend. Arriving at the Palace, the Prince greeted him, smiling happily. Finally Cinderela married Prince and happy life.
Cinderela
Diposting oleh
Swifty
di
23.27
Cinderella adalah seorang gadis yang sangat cantik, namun mempunyai nasib yang sangat malang sekali. beginilah cerita lengkap dari Cinderella itu.Di sebuah kerajaan, ada seorang anak perempuan yang cantik dan baik hati. Ia tinggal bersama ibu dan kedua kakak tirinya, karena orangtuanya sudah meninggal dunia. Di rumah tersebut ia selalu disuruh mengerjakan seluruh perkerjaan rumah. Ia selalu dibentak dan hanya diberi makan satu kali sehari oleh ibu tirinya. Kakak-kakaknya yang jahat memanggilnya "Cinderela". Cinderela artinya gadis yang kotor dan penuh dengan debu. "Nama yang cocok buatmu !" kata mereka.
Setelah beberapa lama, pada suatu hari datang pengawal kerajaan yang menyebarkan surat undangan pesta dari Istana. "Asyik… kita akan pergi dan berdandan secantik-cantiknya. Kalau aku jadi putri raja, ibu pasti akan gembira", kata mereka. Hari yang dinanti tiba, kedua kakak tiri Cinderela mulai berdandan dengan gembira. Cinderela sangat sedih sebab ia tidak diperbolehkan ikut oleh kedua kakaknya ke pesta di Istana. "Baju pun kau tak punya, apa mau pergi ke pesta dengan baju sepert itu?", kata kakak Cinderela.
Setelah semua berangkat ke pesta, Cinderela kembali ke kamarnya. Ia menangis sekeras-kerasnya karena hatinya sangat kesal. "Aku tidak bisa pergi ke istana dengan baju kotor seperti ini, tapi aku ingin pergi.." Tidak berapa lama terdengar sebuah suara. "Cinderela, berhentilah menangis." Ketika Cinderela berbalik, ia melihat seorang peri. Peri tersenyum dengan ramah. "Cinderela bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal." Setelah semuanya dikumpulkan Cinderela, peri membawa tikus dan kadal tersebut ke kebun labu di halaman belakang. "Sim salabim!" sambil menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua orang sais. Yang terakhir, Cinderela berubah menjadi Putri yang cantik, dengan memakai gaun yang sangat indah.
Karena gembiranya, Cinderela mulai menari berputar-putar dengan sepatu kacanya seperti kupu-kupu. Peri berkata,"Cinderela, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas malam berhenti. Karena itu, pulanglah sebelum lewat tengah malam. "Ya Nek. Terimakasih," jawab Cinderela. Kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderela menuju istana. Setelah tiba di istana, ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderela. Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderela. "Cantiknya putrid itu! Putri dari negara mana ya ?" Tanya mereka. Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderela. "Putri yang cantik, maukah Anda menari dengan saya ?" katanya. "Ya…," kata Cinderela sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Mereka menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan kedua kakak Cinderela yang berada di situ tidak menyangka kalau putrid yang cantik itu adalah Cinderela.
Pangeran terus berdansa dengan Cinderela. "Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini," kata sang Pangeran. Karena bahagianya, Cinderela lupa akan waktu. Jam mulai berdentang 12 kali. "Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,". Cinderela menarik tangannya dari genggaman pangeran dan segera berlari ke luar Istana. Di tengah jalan, sepatunya terlepas sebelah, tapi Cinderela tidak memperdulikannya, ia terus berlari. Pangeran mengejar Cinderela, tetapi ia kehilangan jejak Cinderela. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca kepunyaan Cinderela. Pangeran mengambil sepatu itu. "Aku akan mencarimu," katanya bertekad dalam hati. Meskipun Cinderela kembali menjadi gadis yang penuh debu, ia amat bahagia karena bisa pergi pesta.
Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak gadisnya di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderela. "Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini," kata para pengawal. Kedua kakak Cinderela mencoba sepatu tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar. Mereka tetap memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca sampai lecet. Pada saat itu, pengawal melihat Cinderela. "Hai kamu, cobalah sepatu ini," katanya. Ibu tiri Cinderela menjadi marah," tidak akan cocok dengan anak ini!". Kemudian Cinderela menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat cocok. "Ah! Andalah Putri itu," seru pengawal gembira. "Cinderela, selamat..," Cinderela menoleh ke belakang, peri sudah berdiri di belakangnya. "Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran. Sim salabim!.," katanya.
Begitu peri membaca mantranya, Cinderela berubah menjadi seorang Putri yang memakai gaun pengantin. "Pengaruh sihir ini tidak akan hilang walau jam berdentang dua belas kali", kata sang peri. Cinderela diantar oleh tikus-tikus dan burung yang selama ini menjadi temannya. Sesampainya di Istana, Pangeran menyambutnya sambil tersenyum bahagia. Akhirnya Cinderela menikah dengan Pangeran dan hidup berbahagia.
Setelah beberapa lama, pada suatu hari datang pengawal kerajaan yang menyebarkan surat undangan pesta dari Istana. "Asyik… kita akan pergi dan berdandan secantik-cantiknya. Kalau aku jadi putri raja, ibu pasti akan gembira", kata mereka. Hari yang dinanti tiba, kedua kakak tiri Cinderela mulai berdandan dengan gembira. Cinderela sangat sedih sebab ia tidak diperbolehkan ikut oleh kedua kakaknya ke pesta di Istana. "Baju pun kau tak punya, apa mau pergi ke pesta dengan baju sepert itu?", kata kakak Cinderela.
Setelah semua berangkat ke pesta, Cinderela kembali ke kamarnya. Ia menangis sekeras-kerasnya karena hatinya sangat kesal. "Aku tidak bisa pergi ke istana dengan baju kotor seperti ini, tapi aku ingin pergi.." Tidak berapa lama terdengar sebuah suara. "Cinderela, berhentilah menangis." Ketika Cinderela berbalik, ia melihat seorang peri. Peri tersenyum dengan ramah. "Cinderela bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal." Setelah semuanya dikumpulkan Cinderela, peri membawa tikus dan kadal tersebut ke kebun labu di halaman belakang. "Sim salabim!" sambil menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua orang sais. Yang terakhir, Cinderela berubah menjadi Putri yang cantik, dengan memakai gaun yang sangat indah.
Karena gembiranya, Cinderela mulai menari berputar-putar dengan sepatu kacanya seperti kupu-kupu. Peri berkata,"Cinderela, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas malam berhenti. Karena itu, pulanglah sebelum lewat tengah malam. "Ya Nek. Terimakasih," jawab Cinderela. Kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderela menuju istana. Setelah tiba di istana, ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderela. Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderela. "Cantiknya putrid itu! Putri dari negara mana ya ?" Tanya mereka. Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderela. "Putri yang cantik, maukah Anda menari dengan saya ?" katanya. "Ya…," kata Cinderela sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Mereka menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan kedua kakak Cinderela yang berada di situ tidak menyangka kalau putrid yang cantik itu adalah Cinderela.
Pangeran terus berdansa dengan Cinderela. "Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini," kata sang Pangeran. Karena bahagianya, Cinderela lupa akan waktu. Jam mulai berdentang 12 kali. "Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,". Cinderela menarik tangannya dari genggaman pangeran dan segera berlari ke luar Istana. Di tengah jalan, sepatunya terlepas sebelah, tapi Cinderela tidak memperdulikannya, ia terus berlari. Pangeran mengejar Cinderela, tetapi ia kehilangan jejak Cinderela. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca kepunyaan Cinderela. Pangeran mengambil sepatu itu. "Aku akan mencarimu," katanya bertekad dalam hati. Meskipun Cinderela kembali menjadi gadis yang penuh debu, ia amat bahagia karena bisa pergi pesta.
Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak gadisnya di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderela. "Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini," kata para pengawal. Kedua kakak Cinderela mencoba sepatu tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar. Mereka tetap memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca sampai lecet. Pada saat itu, pengawal melihat Cinderela. "Hai kamu, cobalah sepatu ini," katanya. Ibu tiri Cinderela menjadi marah," tidak akan cocok dengan anak ini!". Kemudian Cinderela menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat cocok. "Ah! Andalah Putri itu," seru pengawal gembira. "Cinderela, selamat..," Cinderela menoleh ke belakang, peri sudah berdiri di belakangnya. "Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran. Sim salabim!.," katanya.
Begitu peri membaca mantranya, Cinderela berubah menjadi seorang Putri yang memakai gaun pengantin. "Pengaruh sihir ini tidak akan hilang walau jam berdentang dua belas kali", kata sang peri. Cinderela diantar oleh tikus-tikus dan burung yang selama ini menjadi temannya. Sesampainya di Istana, Pangeran menyambutnya sambil tersenyum bahagia. Akhirnya Cinderela menikah dengan Pangeran dan hidup berbahagia.
Bawang Merah Bawang Putih
Diposting oleh
Swifty
di
23.16
Bawang Merah Bawang Putih adalah sebuah cerita yang sangat menarik untuk diceritakan. Beginilah ceria Bawang Merah Bawang Putih tersebut.
Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.
Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.
Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.
Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwa salah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.
“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”
Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Matahari sudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.
“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.
“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.
“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.
Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.
Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.
Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.
Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.
demikianlah cerita Bawang Merah Bawang Putih semoga terhibur dan bermanfaat.
Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.
Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.
Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.
Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwa salah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.
“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”
Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Matahari sudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.
“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.
“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.
“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.
Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.
Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.
Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.
Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.
demikianlah cerita Bawang Merah Bawang Putih semoga terhibur dan bermanfaat.
TEMAN SEJATI
Diposting oleh
Swifty
di
23.59
Sabtu, 02 April 2011
TEMAN SEJATI
adalah mereka yang mengerti ketika kamu berkata "Aku lupa.."
Menunggu selamanya ketika kamu berkata "Tunggu sebentar".
Tetap tinggal ketika kamu berkata "Tinggalkan aku sendiri".
Membuka pintu meski kamu BELUM mengetuk dan berkata "Bolehkah saya masuk?"
Kahlil Gibran
adalah mereka yang mengerti ketika kamu berkata "Aku lupa.."
Menunggu selamanya ketika kamu berkata "Tunggu sebentar".
Tetap tinggal ketika kamu berkata "Tinggalkan aku sendiri".
Membuka pintu meski kamu BELUM mengetuk dan berkata "Bolehkah saya masuk?"
Kahlil Gibran
Putri Tidur
Diposting oleh
Swifty
di
23.24
Jumat, 01 April 2011
Putri Tidur ini adalah sebuah cerita tenang seorang permaisuri yang sangat cantik
, beginilah cerita dari putri tidur tersebut.
Dahulu kala, terdapat sebuah negeri yang dipimpin oleh raja yang sangat adil dan
bijaksana. Rakyatnya makmur dan tercukupi semua kebutuhannya. Tapi ada satu yang
masih terasa kurang. Sang Raja belum dikaruniai keturunan. Setiap hari Raja dan
permaisuri selalu berdoa agar dikaruniai seorang anak. Akhirnya, doa Raja dan permaisuri
dikabulkan. Setelah 9 bulan mengandung, permaisuri melahirkan seorang anak wanita yang
cantik. Raja sangat bahagia, ia mengadakan pesta dan mengundang kerajaan sahabat
serta seluruh rakyatnya. Raja juga mengundang 7 penyihir baik untuk memberikan
mantera baiknya.
"Jadilah engkau putri yang baik hati", kata penyihir
pertama. "Jadilah engkau putri yang cantik", kata penyihir
kedua. "Jadilah engkau putri yang jujur dan anggun", kata
penyihir ketiga. "Jadilah engkau putri yang pandai
berdansa", kata penyihir keempat. "Jadilah engkau putri
yang panda menyanyi," kata penyihir keenam. Sebelum
penyihir ketujuh memberikan mantranya, tiba-tiba pintu istana
terbuka. Sang penyihir jahat masuk sambil berteriak, "Mengapa aku tidak diundang ke
pesta ini?".
Penyihir terakhir yang belum sempat memberikan mantranya sempat bersembunyi dibalik
tirai. "Karena aku tidak diundang, aku akan mengutuk anakmu. Penyihir tua yang jahat
segera mendekati tempat tidur sang putri sambil berkata,"Sang putri akan mati tertusuk
jarum pemintal benang, ha ha ha ha!..". Si penyihir jahat segera pergi setelah
mengeluarkan kutukannya.
Para undangan terkejut mendengar kutukan sang penyihir jahat itu. Raja dan permaisuri
menangis sedih. Pada saat itu, muncullah penyihir baik yang ketujuh, "Jangan khawatir,
aku bisa meringankan kutukan penyihir jahat. Sang putri tidak akan wafat, ia hanya akan
tertidur selama 100 tahun setelah terkena jarum pemintal benang, dan ia akan terbangun
kembali setelah seorang Pangeran datang padanya", ujar penyihir ketujuh. Setelah
kejadian itu, Raja segera memerintahkan agar semua alat pemintal benang yang ada di
negerinya segera dikumpulkan dan dibakar.
Enam belas tahun kemudian, sang putri telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik
dan baik hati. Tidak berapa lama Raja dan Permaisuri melakukan perjalanan ke luar negeri.
Sang Putri yang cantik tinggal di istana. Ia berjalan-jalan keluar istana. Ia masuk ke
dalam sebuah puri. Di dalam puri itu, ia melihat sebuah kamar yang belum pernah ia lihat
sebelumnya. Ia membuka pintu kamar tersebut dan ternyata di dalam
kamar itu, ia melihat seorang nenek sedang memintal
benang. Setelah berbicara dengan nenek tua, sang Putri
duduk di depan alat pemintal dan mulai memutar alat
pemintal itu. Ketika sedang asyik memutar alat pintal, tibatiba
jari sang Putri tertusuk jarum alat pemintal. Ia
menjerit kesakitan dan tersungkur di lantati. "Hi hi hi...
tamatlah riwayatmu!", kata sang nenek yang ternyata adalah si
penyihir jahat.
Hilangnya sang Putri dan istana membuat khawatir orang tuanya. Semua orang
diperintahkan untuk mencari sang Putri. Sang putri pun ditemukan. Tetapi ia dalam
keadaan tak sadarkan diri. "Anakku ! malang sekali nasibmu" ratap Raja. Tiba-tiba
datanglah penyihir muda yang baik hati. Katanya, "Jangan khawatir, Tuan Putri hanya akan
tertidur selama seratus tahun. Tapi, ia tidak akan sendirian. Aku akan menidurkan kalian
semua," lanjutnya sambil menebarkan sihirnya ke seisi istana. Kemudian, penyihir itu
menutup istana dengan semak berduri agar tak ada yang bisa masuk ke istana.
Seratus tahun yang panjang pun berlalu. Seorang pangeran dari negeri seberang
kebetulan lewat di istana yang tertutup semak berduri itu. Menurut cerita orang desa di
sekitar situ, istana itu dihuni oleh seekor naga yang mengerikan. Tentu saja Pangeran
tidak percaya begitu saja pada kabar itu. "Akan ku hancurkan naga itu,"
kata sang Pangeran. Pangeran pun pergi ke istana. Sesampai di
gerbang istana, Pangeran mengeluarkan pedangnya untuk
memotong semak belukar yang menghalangi jalan masuk.
Namun, setelah dipotong berkali-kali semak itu kembali
seperti semula. "Semak apa ini ?" kata Pangeran keheranan.
Tiba-tiba muncullah seorang penyihir muda yang baik hati.
"Pakailah pedang ini," katanya sambil memberikan sebuah yang
pangkalnya berkilauan.
Dengan pedangnya yang baru, Pangeran berhasil masuk ke istana. "Nah, itu dia menara
yang dijaga oleh naga." Pangeran segera menaiki menara itu. Penyihir jahat melihat
kejadian itu melalui bola kristalnya. "Akhirnya kau datang, Pangeran. Kau pun akan
terkena kutukan sihirku!" Penyihir jahat itu bergegas naik ke menara. Ia menghadang
sang Pangeran. "Hai Pangeran!, jika kau ingin masuk, kau harus mengalahkan aku terlebih
dahulu!" teriak si Penhyihir. Dalam sekejap, ia merubah dirinya menjadi seekor naga
raksasa yang menakutkan. Ia menyemburkan api yang panas.
Pangeran menghindar dari semburan api itu. Ia menangkis
sinar yang terpancar dari mulut naga itu dengan pedangnya.
Ketika mengenai pangkal pedang yang berkilau, sinar itu
memantul kembali dan mengenai mata sang naga raksasa.
Kemudian, dengan secepat kilat, Pangeran melemparkan
pedangnya ke arah leher sang naga. "Aaaa..!" Naga itu jatuh
terkapar di tanah, dan kembali
ke bentuk semula, lalu mati. Begitu tubuh penyihir tua itu lenyap, semak berduri yang
selama ini menutupi istana ikut lenyap. Di halaman istana, bunga-bunga mulai bermekaran
dan burung-burung berkicau riang. Pangeran terkesima melihat hal itu. Tiba-tiba penyihir
muda yang baik hati muncul di hadapan Pangeran.
"Pangeran, engkau telah berhasil menghapus kutukan atas istana ini. Sekarang pergilah ke
tempat sang Putri tidur," katanya. Pangeran menuju ke sebuah ruangan tempat sang Putri
tidur. Ia melihat seorang Putri yang cantik jelita dengan pipi semerah mawar
yang merekah. "Putri, bukalah matamu," katanya sambil
mengenggam tangan sang Putri. Pangeran mencium pipi sang
Putri. Pada saat itu juga, hilanglah kutukan sang Putri.
Setelah tertidur selama seratus tahun, sang Putri
terbangun dengan kebingungan. "Ah! apa yang terjadi?
Siapa kamu? Tanyanya. Lalu Pangeran menceritakan semua
kejadian yang telah terjadi pada sang Putri.
"Pangeran, kau telah mengalahkan naga yang menyeramkan. Terima kasih Pangeran," kata
sang Putri. Di aula istana, semua orang menunggu kedatangan sang Putri. Ketika melihat
sang Putri dalam keadaan sehat, Raja dan Permaisuri sangat bahagia. Mereka sangat
berterima kasih pada sang Pangeran yang gagah berani. Kemudian Pangerang
berkata, "Paduka Raja, hamba punya satu permohonan.
Hamba ingin menikah dengan sang Putri." Raja pun
menyetujuinya. Semua orang ikut bahagia mendengar hal
itu. Hari pernikahan sang Putri dan Pangeran pun tiba.
Orang berbondong-bondong datang dari seluruh pelosok
negeri untuk mengucapkan selamat. Tujuh penyihir yang
baik juga datang dengan membawa hadiah.
, beginilah cerita dari putri tidur tersebut.
Dahulu kala, terdapat sebuah negeri yang dipimpin oleh raja yang sangat adil dan
bijaksana. Rakyatnya makmur dan tercukupi semua kebutuhannya. Tapi ada satu yang
masih terasa kurang. Sang Raja belum dikaruniai keturunan. Setiap hari Raja dan
permaisuri selalu berdoa agar dikaruniai seorang anak. Akhirnya, doa Raja dan permaisuri
dikabulkan. Setelah 9 bulan mengandung, permaisuri melahirkan seorang anak wanita yang
cantik. Raja sangat bahagia, ia mengadakan pesta dan mengundang kerajaan sahabat
serta seluruh rakyatnya. Raja juga mengundang 7 penyihir baik untuk memberikan
mantera baiknya.
"Jadilah engkau putri yang baik hati", kata penyihir
pertama. "Jadilah engkau putri yang cantik", kata penyihir
kedua. "Jadilah engkau putri yang jujur dan anggun", kata
penyihir ketiga. "Jadilah engkau putri yang pandai
berdansa", kata penyihir keempat. "Jadilah engkau putri
yang panda menyanyi," kata penyihir keenam. Sebelum
penyihir ketujuh memberikan mantranya, tiba-tiba pintu istana
terbuka. Sang penyihir jahat masuk sambil berteriak, "Mengapa aku tidak diundang ke
pesta ini?".
Penyihir terakhir yang belum sempat memberikan mantranya sempat bersembunyi dibalik
tirai. "Karena aku tidak diundang, aku akan mengutuk anakmu. Penyihir tua yang jahat
segera mendekati tempat tidur sang putri sambil berkata,"Sang putri akan mati tertusuk
jarum pemintal benang, ha ha ha ha!..". Si penyihir jahat segera pergi setelah
mengeluarkan kutukannya.
Para undangan terkejut mendengar kutukan sang penyihir jahat itu. Raja dan permaisuri
menangis sedih. Pada saat itu, muncullah penyihir baik yang ketujuh, "Jangan khawatir,
aku bisa meringankan kutukan penyihir jahat. Sang putri tidak akan wafat, ia hanya akan
tertidur selama 100 tahun setelah terkena jarum pemintal benang, dan ia akan terbangun
kembali setelah seorang Pangeran datang padanya", ujar penyihir ketujuh. Setelah
kejadian itu, Raja segera memerintahkan agar semua alat pemintal benang yang ada di
negerinya segera dikumpulkan dan dibakar.
Enam belas tahun kemudian, sang putri telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik
dan baik hati. Tidak berapa lama Raja dan Permaisuri melakukan perjalanan ke luar negeri.
Sang Putri yang cantik tinggal di istana. Ia berjalan-jalan keluar istana. Ia masuk ke
dalam sebuah puri. Di dalam puri itu, ia melihat sebuah kamar yang belum pernah ia lihat
sebelumnya. Ia membuka pintu kamar tersebut dan ternyata di dalam
kamar itu, ia melihat seorang nenek sedang memintal
benang. Setelah berbicara dengan nenek tua, sang Putri
duduk di depan alat pemintal dan mulai memutar alat
pemintal itu. Ketika sedang asyik memutar alat pintal, tibatiba
jari sang Putri tertusuk jarum alat pemintal. Ia
menjerit kesakitan dan tersungkur di lantati. "Hi hi hi...
tamatlah riwayatmu!", kata sang nenek yang ternyata adalah si
penyihir jahat.
Hilangnya sang Putri dan istana membuat khawatir orang tuanya. Semua orang
diperintahkan untuk mencari sang Putri. Sang putri pun ditemukan. Tetapi ia dalam
keadaan tak sadarkan diri. "Anakku ! malang sekali nasibmu" ratap Raja. Tiba-tiba
datanglah penyihir muda yang baik hati. Katanya, "Jangan khawatir, Tuan Putri hanya akan
tertidur selama seratus tahun. Tapi, ia tidak akan sendirian. Aku akan menidurkan kalian
semua," lanjutnya sambil menebarkan sihirnya ke seisi istana. Kemudian, penyihir itu
menutup istana dengan semak berduri agar tak ada yang bisa masuk ke istana.
Seratus tahun yang panjang pun berlalu. Seorang pangeran dari negeri seberang
kebetulan lewat di istana yang tertutup semak berduri itu. Menurut cerita orang desa di
sekitar situ, istana itu dihuni oleh seekor naga yang mengerikan. Tentu saja Pangeran
tidak percaya begitu saja pada kabar itu. "Akan ku hancurkan naga itu,"
kata sang Pangeran. Pangeran pun pergi ke istana. Sesampai di
gerbang istana, Pangeran mengeluarkan pedangnya untuk
memotong semak belukar yang menghalangi jalan masuk.
Namun, setelah dipotong berkali-kali semak itu kembali
seperti semula. "Semak apa ini ?" kata Pangeran keheranan.
Tiba-tiba muncullah seorang penyihir muda yang baik hati.
"Pakailah pedang ini," katanya sambil memberikan sebuah yang
pangkalnya berkilauan.
Dengan pedangnya yang baru, Pangeran berhasil masuk ke istana. "Nah, itu dia menara
yang dijaga oleh naga." Pangeran segera menaiki menara itu. Penyihir jahat melihat
kejadian itu melalui bola kristalnya. "Akhirnya kau datang, Pangeran. Kau pun akan
terkena kutukan sihirku!" Penyihir jahat itu bergegas naik ke menara. Ia menghadang
sang Pangeran. "Hai Pangeran!, jika kau ingin masuk, kau harus mengalahkan aku terlebih
dahulu!" teriak si Penhyihir. Dalam sekejap, ia merubah dirinya menjadi seekor naga
raksasa yang menakutkan. Ia menyemburkan api yang panas.
Pangeran menghindar dari semburan api itu. Ia menangkis
sinar yang terpancar dari mulut naga itu dengan pedangnya.
Ketika mengenai pangkal pedang yang berkilau, sinar itu
memantul kembali dan mengenai mata sang naga raksasa.
Kemudian, dengan secepat kilat, Pangeran melemparkan
pedangnya ke arah leher sang naga. "Aaaa..!" Naga itu jatuh
terkapar di tanah, dan kembali
ke bentuk semula, lalu mati. Begitu tubuh penyihir tua itu lenyap, semak berduri yang
selama ini menutupi istana ikut lenyap. Di halaman istana, bunga-bunga mulai bermekaran
dan burung-burung berkicau riang. Pangeran terkesima melihat hal itu. Tiba-tiba penyihir
muda yang baik hati muncul di hadapan Pangeran.
"Pangeran, engkau telah berhasil menghapus kutukan atas istana ini. Sekarang pergilah ke
tempat sang Putri tidur," katanya. Pangeran menuju ke sebuah ruangan tempat sang Putri
tidur. Ia melihat seorang Putri yang cantik jelita dengan pipi semerah mawar
yang merekah. "Putri, bukalah matamu," katanya sambil
mengenggam tangan sang Putri. Pangeran mencium pipi sang
Putri. Pada saat itu juga, hilanglah kutukan sang Putri.
Setelah tertidur selama seratus tahun, sang Putri
terbangun dengan kebingungan. "Ah! apa yang terjadi?
Siapa kamu? Tanyanya. Lalu Pangeran menceritakan semua
kejadian yang telah terjadi pada sang Putri.
"Pangeran, kau telah mengalahkan naga yang menyeramkan. Terima kasih Pangeran," kata
sang Putri. Di aula istana, semua orang menunggu kedatangan sang Putri. Ketika melihat
sang Putri dalam keadaan sehat, Raja dan Permaisuri sangat bahagia. Mereka sangat
berterima kasih pada sang Pangeran yang gagah berani. Kemudian Pangerang
berkata, "Paduka Raja, hamba punya satu permohonan.
Hamba ingin menikah dengan sang Putri." Raja pun
menyetujuinya. Semua orang ikut bahagia mendengar hal
itu. Hari pernikahan sang Putri dan Pangeran pun tiba.
Orang berbondong-bondong datang dari seluruh pelosok
negeri untuk mengucapkan selamat. Tujuh penyihir yang
baik juga datang dengan membawa hadiah.
Sangkuriang
Diposting oleh
Swifty
di
23.15
Sangkuriang adalah seorang pemuda gagah dan tampan. Beginilah ceritanya semasa hidup.
Pada jaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri raja di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi
.Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu. Ia berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangan istana. Sangkuriang tidak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga bapaknya.
Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buruan. Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan. Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada ibunya. Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu. Tanpa sengaja ia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang terluka. Ia sangat kecewa dan pergi mengembara.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali dirinya. Ia selalu berdoa dan sangat
tekun bertapa. Pada suatu ketika, para dewa memberinya sebuah hadiah. Ia akan selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi. Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya berniat untuk kembali ke tanah airnya. Sesampainya disana, kerajaan itu sudah berubah total. Disana dijumpainya seorang gadis jelita, yang tak lain adalah Dayang Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut maka, Sangkuriang melamarnya. Oleh karena pemuda itu sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona padanya.
Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi ketika melihat bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu persis seperti luka anaknya yang telah pergi merantau. Setelah lama diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah anaknya. Ia menjadi sangat ketakutan. Maka kemudian ia mencari daya upaya untuk menggagalkan proses peminangan itu. Ia mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia meminta pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Dan kedua, ia minta Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing.
Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktiannya ia mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang Sumbi
pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut.
Begitu
pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutra merah di sebelah timur kota. Ketika menyaksikan warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira hari sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan pekerjaannya. Ia sangat marah oleh karena itu berarti ia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi.
Dengan kekuatannya, ia menjebol bendungan yang dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda seluruh kota. Sangkuriang pun kemudian menendang sampan besar yang dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh menjadi sebuah gunung yang bernama "Tangkuban Perahu."
Pada jaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri raja di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi
.Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu. Ia berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangan istana. Sangkuriang tidak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga bapaknya.
Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buruan. Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan. Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada ibunya. Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu. Tanpa sengaja ia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang terluka. Ia sangat kecewa dan pergi mengembara.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali dirinya. Ia selalu berdoa dan sangat
tekun bertapa. Pada suatu ketika, para dewa memberinya sebuah hadiah. Ia akan selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi. Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya berniat untuk kembali ke tanah airnya. Sesampainya disana, kerajaan itu sudah berubah total. Disana dijumpainya seorang gadis jelita, yang tak lain adalah Dayang Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut maka, Sangkuriang melamarnya. Oleh karena pemuda itu sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona padanya.
Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi ketika melihat bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu persis seperti luka anaknya yang telah pergi merantau. Setelah lama diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah anaknya. Ia menjadi sangat ketakutan. Maka kemudian ia mencari daya upaya untuk menggagalkan proses peminangan itu. Ia mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia meminta pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Dan kedua, ia minta Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing.
Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktiannya ia mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang Sumbi
pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut.
Begitu
pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutra merah di sebelah timur kota. Ketika menyaksikan warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira hari sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan pekerjaannya. Ia sangat marah oleh karena itu berarti ia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi.
Dengan kekuatannya, ia menjebol bendungan yang dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda seluruh kota. Sangkuriang pun kemudian menendang sampan besar yang dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh menjadi sebuah gunung yang bernama "Tangkuban Perahu."
Malin Kundang
Diposting oleh
Swifty
di
23.01
Malin Kundang adalah seorang yang sangat sukses namun durhaka pada orang tuanya hingga dia dikutuk menjadi batu. Beginilah cerita perjalanan karier malin kundang tersebut.
Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di
pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri
dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama
Malin Kundang
. Karena kondisi keuangan keluarga yang
memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari
nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang
luas.
Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua
bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung
halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah.
Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan
memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung
batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya
dan tidak bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting
tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di
negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah
menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal
dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya.
Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju
dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang
akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan
perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya.
"Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau
lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil
berlinang air mata.
Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu
Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu
pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tibatiba
kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan
para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar
awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin
Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika
peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh
kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya
terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju
ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong
oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang
menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan
keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang
yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih
dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis
untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah
menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin
Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah
berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi
ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke
kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya
melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah
disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang
banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui
anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke
pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang
berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang
sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang
beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya
melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia
dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama
tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang.
Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera
melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga
terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja
mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada
ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya,
karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan
mengenakan baju compang-camping. "Wanita
itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura
mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya.
Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang
sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya
yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau
benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin
bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang.
Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya
berbentuk menjadi sebuah batu karang.
Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di
pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri
dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama
Malin Kundang
. Karena kondisi keuangan keluarga yang
memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari
nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang
luas.
Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua
bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung
halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah.
Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan
memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung
batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya
dan tidak bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting
tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di
negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah
menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal
dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya.
Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju
dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang
akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan
perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya.
"Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau
lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil
berlinang air mata.
Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu
Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu
pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tibatiba
kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan
para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar
awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin
Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika
peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh
kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya
terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju
ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong
oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang
menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan
keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang
yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih
dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis
untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah
menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin
Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah
berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi
ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke
kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya
melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah
disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang
banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui
anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke
pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang
berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang
sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang
beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya
melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia
dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama
tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang.
Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera
melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga
terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja
mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada
ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya,
karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan
mengenakan baju compang-camping. "Wanita
itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura
mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya.
Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang
sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya
yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau
benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin
bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang.
Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya
berbentuk menjadi sebuah batu karang.
Langganan:
Postingan (Atom)
Poll
Total Pageviews
Popular Posts
-
Bawang Merah Bawang Putih adalah sebuah cerita yang sangat menarik untuk diceritakan. Beginilah ceria Bawang Merah Bawang Putih tersebut. ...
-
Sangkuriang adalah seorang pemuda gagah dan tampan. Beginilah ceritanya semasa hidup. Pada jaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri ...
-
Kisah Jack dan Pohon Kacang adalah sebuah cerita yang sangat menarik untuk dinikmati, karena ini merupakan sebuah cerita yang sangat bagus...
-
The Frog Prince created by Brothers Grimm and the story is very nice. One fine evening a young princess put on her bonnet and clogs, an...
-
Asal Usul Danau Toba berasal dari sebuah cerita yang sangat menarik. Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang ...
-
The Princess and the Pea is a very nica story, this time we are going to hear about this story, the story is like this. Once upon a time...
-
Aladin & the Magic Lamp is a very interesting story, tells the story of a good heart. Here's the story of Aladdin's Magic lamp...
-
Timun emas ini adalah sebuah cerita tentang seorang perempuan cantik yang hidup di sebuah desanya. begini ceritanya Mbok Sirni namanya, ...
-
Aladin & Lampu Ajaib adalah sebuah kisah yang sangat menarik, menceritakan tentang kisah seorang yang baik hati. Beginilah kisah dari A...
-
Princes Cinderella was a beautiful girlwhoactually very beatiful but she has bad destiny. This is the full history of Cinderella. In a ki...
Texts
Blog Archive
-
▼
2011
(24)
-
▼
Mei
(14)
- The Frog Prince
- Kisah Jack dan pohon kacang
- The Princess and the Pea
- The Peasant in Heaven
- The Gingerbread Man
- The Grasshopper and the Ants
- HIstory Of Snow White
- The Story of Goldilocks and the Three Bears
- Sleeping Beauty
- Aladin & the Magic Lamp
- Aladin & Lampu Ajaib
- Princes Cinderella
- Cinderela
- Bawang Merah Bawang Putih
-
▼
Mei
(14)